Ketua Dewan Guru ASKI Ucok Marisi Zainuddin Sihotang
mengatakan, pergantian nama itu dilakukan untuk lebih mengutamakan pendidikan
karate, berlandaskan pada janji karate, untuk membentuk karakter karateka
unggul yang memiliki kepribadian baik dimanapun berada. Kemudian, kata seni
bela diri pun disertakan, sekaligus menandakan ASKI sebagai perguruan dengan
pola latihan budho
![]() |
KARATE Aski |
“Namun, nama Amura tetap tidak hilang, tapi naik menjadi
yayasan. Nantinya, Amura akan bertanggung jawab dengan semua kegiatan dari ASKI.
Jadi jika perguruan ini menyimpang tidak bisa dilakukan,” ucap Ucok di GOR
Wiladatika Cibubur.
Bahkan, dalam Rakernas ASKI di Jakarta pada Kamis
(4/4/2018), diputuskan bahwa HUT ASKI akan diperingati setiap tanggal 4 April.
Menurutnya, meski telah berdiri sejak 25 April 1969, kondisi Amura sebelum
periode 2008, bisa dibilang mati suri.
Amura sudah ada di 27 provinsi, dengan prospek kuantitas dan
kualitasnya terus berkembang. Karena itu, Ucok memandang perlu ada pergantian
nama supaya gesekan atau komplain tidak terjadi di kemudian hari.
Dengan begitu, standar teknik karate menjadi penting, selain
juga karate olahraga yang ditujukan untuk pertandingan. Melalui perubahan ini,
Ucok berharap ASKI tidak hanya terlena dengan perkembangan karate nuansa
Federasi Karate Dunia (WKF) dengan kiblat teknik Eropa. Menurutnya, ASKI harus
mempertahankan standar mutu karate budho yang berafiliasi pada JKA (Japan
Karate Association).
“Kita ingin mengubah paradigma mereka tidak hanya
bertanding, tapi membentuk karakter sang atlet. Karena kita tidak ingin seorang
atlet menjadi juara tapi tidak memiliki karakter yang baik,” kata Ucok yang
juga Wakil Ketua Komisi Pembinaan dan Prestasi PB Forki.
Dengan begitu, perkembangan karate di dunia makin pesat.
Untuk itulah, ASKI menggelar master camp yang dihelat di GOR Taman Wiladatika,
Cibubur, 5-7 April ini. Namun, Ucok menyadari bahwa jumlah peserta tidak
sebanyak pada Master Camp 2017. Ketika itu, ada sekitar 180 peserta yang hadir
dari berbagai daerah di Indonesia. Kini, Master Camp Amura yang kelima kalinya
di lakukan itu hanya ada sekitar 70an peserta.
Meski begitu, Master Camp ini diharapkan bisa memberikan
motivasi dan inovasi baru bagi karateka Indonesia, khususnya dari perguruan
ASKI. Pasalnya, kegiatan ini akan fokus pada pembekalan materi yang mencakup
teknik dan strategi ilmu beladiri khususnya karate.
“Jumlah peserta ini kurang karena ada berbagai faktor, salah
satunya harga tiket pesawat yang mahal. Kita tidak ingin membebani para
peserta,” ucap Ucok. “Jadi ASKI ini karena yayasan Amura ini adalah pendidikan.
Melalui karate kita melaksanakan pendidikan, jadi kita namakan Akademi,”
lanjutnya.
Yang jelas, ASKI akan terus berupaya mengembangkan kualitas
karakternya. Termasuk menggelar event-nya di daerah. Bahkan, pekan lalu, ASKI
DKI Jakarta juga menggelar Kejuaraan Daerah yang ditujukan untuk memberikan
tambahan jam terbang bagi karatekanya agar lebih berkualitas. (bbk)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar